Selasa, 15 September 2009

Pendekatan Kritis Sastra

Pendekatan Kritis Sastra

Disampaikan oleh: Nole Valenzua
Disampaikan untuk : Prof. Tacorda

• Antropologi: cenderung memfokuskan pada aspek kehidupan sehari-hari dalam berbagai budaya (cerita rakyat, ritual, perayaan dan tradisi). Anda mungkin bertanya: Apa fungsi sosial sehari-hari pada teks ini? Bagaimana fungsi tersebut disampaikan (secara lisan atau tulisan)? Apakah fungsi sosial tersebut menggambarkan budaya rakyat?
• Archetype: Berhubungan dengan kritik Psychoanalitis dalam beberapa cara (lihat dibawah). Dikembangkan oleh Carl Jung, pendekatan menerima ide pikiran bawah sadar. Akan tetapi, tidak seperti Sigmund freud dan kritik yang lainnya, Jungians berpendapat bahwa bagian alam bawah sadar dibagi oleh semua orang. Dari pandangan ini istilah “ bawah sadar kolektif” dikembangkan, sebuah istilah hasil-hasil dan aktifitas-aktifitas pikiran manusia (ditemukan dalam mitos, simbol, ritual dan sastra) dan memproduksi kembali sebagai archetype.
Archetype adalah bilangan atau pola-pola yang berulang dalam hasil-hasil imajinasi,dan bisa dibagi ke dalam tiga kategori. Karakter-karakter archetype termasuk(tetapi tidak dibatasi untuk): pahlawan, penjahat, orang buangan, femme fatal, dan pecinta bintang. Situasi archetype termasuk (tetapi tidak dibatasi untuk): penyelidikan, jurnal, kematian dan kelahiran kembali, dan tugas. Asosiasi dan simbol-simbol archetype termasuk sifat-sfiat yang berlawanan: terang/gelap, air/kekeringan, tinggi/dalam, musim semi/ musim dingin.
Archetype penting untuk catatan dua hal. Pertama, hasil karya mungkin mengandung banyak archetype. Kedua, tidak segala sesuatu itu adalah archetype. Keseimbangan antara dua hal ekstim ini bisa sangat sulit untuk dicapai. Mencari pola-pola yang berulang dalam sebuah potongan atau sebuah koleksi yang berhubungan dengan cerita-cerita bisa sangat bermanfaat dalam menggunakan pendekatan ini.

• Biografi: berhubungan dengan kehidupan pengarang dan pikiran-pikiran dari hasil karyanya. Seperti cenderung pada gambaran masa-masa dia hidup, kritik biografi mungkin aspek penting dari pendekatan sejarah (baru). Pendekatan biografi membolehkan pemahaman yang lebih baik pada elemen-elemen dalam karya, maupun hubungan karya untuk pendengar dan tujuan pengarang. Anda mungkin bertanya, “bagaimana teks bisa menggambarkan kehidupan pengarang? apakah teks ini perluasan dari posisi pengarang dalam persoalan-persoalan kehidupan pengarang?”
• Kritik baru: tidak seperti pendekatan bigrafi dan sejaranh, sebuah pendekatan kritik baru berpendapat bahwa kesusastraan membutuhkan sedikit atau tidak hubungan dengan tujuan pengarang, kehidupan, atau situasi sosial/sejarah. Segala sesuatu dibutuhkan untuk menganalisa karya yang terkandung dalam teks. Kritik baru juga cenderung menguji kualitas fisik dari teks dalam sebuah “ materi ilmu pengetahuan” yang menguji bahasa dan konvensi bahasa (rima, ukuran, aliterasi, plot, sudut pandang pengarang, dll). Sama, walaupun tidak identik, paham struktual dalam penekanan struktual pada teks itu sendiri. (lihat dibawah)
• Naratologi: mengenai naratologi sendiri dengan sturktur cerita—bagaimana peristiwa digagas dan melalui sudut pandang pengarang. Anda mungkin bertanya,”bagaimana narasi dari karya ini (fiksi, puisi, film) dibagi bersama-sama?siapa atau apa yang menceritakan?Pertimbangan ini narrator tidak hanya sebagai individu, tetapi lebih dari sebagai jendela melalui pandangan sebuah realita yang digagas. Ini bisa disusun dari seseorang yang menceritakan hikyat pada sebuah kamera yang objektif: “pada tingkat apa narasi itu dimediasi?”
• Kritik Sejarah (baru): mungkin pendekatan sebuah teks dari banyaknya pandangan, tetapi semua pandangan cenderung menggambarkan sebuah perhatian dengan masa yang mana teks itu dibuat dan atau membaca karya-karya sejaman. Bukan “sejarah” bisa menjadi kebenaran objectif atau meliputi banyak hal karena sejarah adalah tulisan yang konstan dan ditilis kembali; akan tetapi mempelajari kontek sejarah dari sebuah karya, terutama sekali perbedaan dengan apa yang dibaca, bisa menerangi prasangka kita dan berharap membantu kita dalam memahami teks (budaya, konteks, diri sendiri) secara lebih baik.
Kritik sejarah baru adalah mengenai hubungan ide sebuah teks ke kunci konsep-konsep yang lain: budaya, tulisan, idiologi, diri sendiri, dan sejarah. Kritik sejarah baru menguji penyimpangan-penyimpangan teks, pembaca, dan sejarah dan dengan sebuah perhatian khusus pada kesusastraan sebagai kultur teks. Kritik sejarah baru juga menguji hubungan kesusastraan dengan kekuatan stuktur masyarakat.
Penelitian sejarah mungkin mengandung biografi (lihat di atas), penerimaan belajar, pengaruh belajar, atau bahkan sebuah pendekatan teknologi pada medium (pembuatan film, pencetakan, industri musik, komputer dan WWW). Riset juga telah menggunakan kritik reader-respond (lihat dibawah). Anda mungkin bertanya, “bagaimana teks membubuhkan sebuah sejarah pada waktunya? Apakah teks ini sebuah dokumen sejarah yang sangat bermanfaat?”

• Post-Stukturalis: ketika menerima struktualis dan analisis bahasa Saussuere (lihat stukturalis dibawah), post stukturalis menganggap hubungan antara bahasa dan makna, akhrnya menolak arti pasti apa pun. Jacques Derrida, salah satu post struktualist yang berpengaruh, menamai metoden kritik “dekonstruksi”. Menggunakan dekonstruksi pembaca mananalisis teks dan khususnya bahasa untuk menyingkap makna gandanya (ambigu) dan merusak hubungan antara makna dengan “dunia luar”. Anda mungkin pada awalnya bertanya, “bagaimana bahasa/arti dalam teks ini berlawanan sendiri?bagaimana bisa sebuah karya bisa diinterpretasi ke dalam banyak cara?”
• Psikoanalitis: seperti tujuan kritik yang tidak menutupi kerja pikiran manusia—khususnya ekspresi bawah sadar. mungkin termasuk menganalisis sebuah teks seperti sebuah mimpi, mencari simbol dan mewakili arti, atau mengembangkan analisis psikologi pada sebuah karakter.
Tiga ide ditemukan pada karya Sigmun Freud adalah sangat bermanfaat: dominan pikiran bawah sadar melebihi alam sadar, ekspresi pikiran bawah sadar melalui simbol (bahkan dalam mimpi), dan seksualitas sebagai sebagai kekuatan pakasaan untuk memotivasi tingkah laku manusia. Kritik psikoanalitis bisa diterapkan pada salah satu pengarang dan hubungan teks atau pembaca dan hubungan teks. Anda mungkin bertanya, “bagaimana teks menggunakan atau mewakili pikiran bawah sadar: pengarang, karakter, pembaca?”

• kritik Reader Respon: mempelajari interaksi pembaca dengan teks, membaca teks yang tidak komplit sampai selesai. Pendekatan kritik ini bisa menjadi, dan sering dikombinasikan dengan pendekatan yang lainnya (seperti pskoanalitis dan sejarah), tetapi menantang fokus isi sendiri kritik baru atau klaim tak berarti apa-apa yang dibahas oleh post-strukturalis.
• Semiotik: kritik menggunakan bahasa, terutama dalam teks komentar pada bahasa alami (lihat strukturalis). Bagi ahli semiotic, bahasa adalah suka-suka tetapi membagi system tanda arti. Anda mungkin bertanya, “bagaimana teks ini mengkritik bahasa?apakah itu merusak penggunaan aturan bahasa?mengapa?atau jika teks nampaknya mengomentari bahasa itu sendiri, “bagaimana bahasa menggunakan penggambaran sebuah bahasa tidak sadar sebagai sebuah alat idiologi?”
• Kritik social: mengenai kritik social sendiri dengan fungsi social teks, terdiri dari beberapa kategori, dan analisis struktur social, kekuasaan, politik, dan instansi. Kritik social sama dengan kritik sejarah dalam mengakui bahwa sastra sebagai refleksi kehidupan. Ada beberapa pergerakan social, tetapi marxis, feminisme, dan gender, dan teori hijau adalah umum.
Marxisme adalah mengenai pembelajaran buruh, teori kelas masyarakat dan ekonomi, khususnya mengenai perjuangan kaum miskin dan penindasan. Seorang Marxist mungkin bertanya, “apakah teks ini menggambarkan sebuah idiologi ekonomi? Apakah sikap terhadap buruh lebih lanjut oleh teks ini?

• kritik Feminis menguji karya oleh dan tentang wanita. Kritik gender meningkatkan feminisme membahas persoalan-persoalan kejantanan/kewanitaan sebagai pasangan, orentasi seksual, heteroseksual, dan perbedaaan dalam jenis kelamin.keduanya adalah aktifitas politik mengenai perlakuan dan perwakilan yang sama. Sebuah kritik menggunakan studi feminis atau studi gender (kadang dikenal sebagai studi seks) mungkin bertanya, “bagaimana gender digagas dan dihancurkan dalam teks ini?apakah pandangan teks gender atau penganut sex?”
• Strulkturalis: seperti kritik baru, strukturalis konsentrasi pada elemen-elemen karya sastra tanpa memfokuskan pada sejarah, social, dan pengaruh biografi. Strukturalis, bagaimanapun, mendasarkan pada linguistic dan dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure. Saussure berpendapat bahwa bahasa adalah lengkap, isi system sendiri dan seharusnya dipelajari seperti biasanya. Saussure juga mengklaim bahwa bahasa adalah system tanda. Ketika diaplikasikan pada sastra, kritik ini umumnya dikenal sebagai semiotic. (lihat dibawah)

Note: informasi pada tulisan ini dianggap sebagai pengetahuan umum dalam studi sastra. Seseorang yang ingin mencari informasi lebih diharapkan berkonsultasi ke tulisan essay Kelley Griffith tentang sastra, bab tujuh.

Berguna juga:
Overview dan bacaan umum: Modern literary theory: A comparative introduction edited by Ann jeferson and David Robey and Literay Theory: An introduction by Terry Eagleton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar